Terlihat
setiap kali ba'da isya' di Pesantren miftahul huda peron, seorang santri duduk
menghadap kiblat,beralaskan sajadah bergambar masjid dengan kopiah hitam menempel di kepalanya. Entah apa yang sedang di lakukannya,dan
entah dari mulai jam berapa dia sudah duduk di serambi masjid itu,yg
jelas ia hampir setiap malam,ketahuan Pengurus Pondok seperti itu.Ia
memegang kitab kecil seukuran buku saku yang kertasnya berwarna kuning.
Kepalanya menghadap keatas dengan mata terpejam, sesekali ia turunkan
pandangannya kearah kitab kecil di tangan kanannya.
Dahinya
mengerut, menandakan keseriuasan mendalam. Seolah ada suatu memori yang
coba ia putar didalam batok kepalanya. Mulutnya pun tak berhenti
bergerak berkomat kamit. Apa yang sebenarnya yang ia lakukan? Ia sedang
menghafalkan bait demi bait dari kitab: “ALFIYAH” yang berjumlah 1002
bait.
Dalam
literatur pesantren di Indonesia, sudah tak asing lagi bahkan hampir
seluruh pesantren menyertakan alfiyah sebagai salah satu pelajaran wajib
dan menjadi tolak ukur sejauh mana kepandaian seorang santri dalam ilmu
gramatikal arab.
Karya
monumental ini dikarang oleh maha guru Syeh Muhammad bin Abdullah nin
Malik Al-Andalusy atau lebih dikenal dengan sebutan Imam Ibnu Malik.
Alfiyah memang menarik. Bahkan telah masyhur dikalangan pesantren bahwa
seorang santri belum dikatakan “santri” jika belum menguasai atau
setidaknya mempelajari Alfiyah.
Sudah
pasti kitab ini amat menarik,Karena dalam kitab Alfiyah ini Mushonif
sendiri ( Pengarang )sudah menyebutkan “Adapun Kitab Alfiyah ini adalah
Kitab yang Ringkas berbentuk Nadzam, namun mencakup semua pembahasan
masalah Ilmu Nahwu dengan detil. Sebagaimana beliau katakan pada Bait
Muqaddimah pada Kitab Alfiyah ini:
“Juga aku memohon kepada Allah untuk kitab Alfiyah, yang dengannya dapat mencakup seluruh materi Ilmu Nahwu”.
Metode
Kitab Alfiyah ini sebenarnya cukup memberikan kemudahan bagi pelajar
untuk menguasainya. Tidak hanya untuk para senior. Karena Alfiyah ini
cukup mengandung pengertian yang sangat luas, tapi dengan lafad yang
ringkas. Sebagaimana beliau memberi penilaian terhadap Kitab Alfiyah
ini, dalam Muqaddimahnya yang berbunyi:
“Mendekatkan pengertian yang jauh dengan lafadz yang ringkas serta dapat menjabar perihal detail dengan janji yang cepat”
Kitab
Alfiyah ini, disebut juga Kitab Khalashah yang berarti Ringkasan.
Diringkas dari Kitab karangan beliau yang benama Al-Kafiyah As-Syafiyah,
merupakan Kitab yang membahas panjang lebar tentang Ilmu Nahwu.
Sebagaimana beliau berkata pada Bait terahir dari Kitab ini, yaitu pada
Bait ke 1000:
“Telah terbilang cukup kitab Khalashah ini sebagai ringkasan dari Al-Kafiyah, sebagai kitab yang kaya tanpa kekurangan”.
Beliau
juga memberi motivasi, bahwa Kitab ini dapat memenuhi apa yang dicari
oleh para pelajar untuk memahami Ilmu Nahwu. Beliau berkata pada Bait ke
999
“Aku rasa sudah cukup dalam merangkai kitab Nadzom ini, sebagai Kitab yang luas pengertiannya dan mencakup semuanya”.
Sebelum masuk bahasan judul, baik nya ada sekilas ulasan tentang Kitab Alfiyyah dan Pengarang nya :
Kitab Nahwu Sharaf Alfiyah Ibnu Malik, adalah sebuah Kitab Mandzumah atau Kitab Bait Nadzam yang berjumlah seribu Bait, berirama Bahar Rojaz, membahas tentang kaidah-kaidah Ilmu Nahwu dan Ilmu Sharaf . Kitab Alfiyyah Ibnu Malik adalah kitan populer dan melegenda dalam ilmu Gramatika / tata bahasa arab. Kitab ini di kenal dibelahan dunia, baik daratan timur maupun barat. Di barat, “The Thousand Verses” nama lain dari kitab Alfiyyah Ibnu Malik.
Alfiyyah ibnu Malik dijadikan panduan utama di bidang kajian linguistik Arab.
Di Indonesia, Alfiyyah Ibnu Malik juga di kaji diberbagai daerah. Pesantren-pesantren yang tersebar diwilayah Nusantara hampir tidak ada yang menyingkirkan peranan kitab ini.
Besarnya
peranan Alfiyyah Ibnu Malik tampaknya menjadi titik puncak bagi harapan
si pengarang. Ibnu Malik pernah mengungkapkan melalui satu bait dalam
nadzomnya; “Waqad yanubu ‘anhu ma ‘alaihi dal kajidda kullal jiddi wafrokhil jadal”.
Nadzom ini seolah-olah mengisyaratkan keinginan Ibnu Malik bahwa
Alfiyyah yang benar-benar telah menggantikan perannya munjukkan seperti
sebuah langkah penuh keseriusan dan kebahagiaan yang tiada tara.
Harapan akan manfaat kitab Alfiyyah Ibnu Malik bagi dinamika ilmu keislaman juga pernah diungkapkannya melalui salah satu bait dalam nadzomnya; “Wallahu Yaqdhi bihibatin waafiroh li walahu fi darojatil akhiroh”. Semoga dengan ampunan yang sempurna, Allah memberikan aku Dan dia (IbnuMu’thi guru imam sibawaih) sebuah draja tyang tinggi diakhirat.
Kelebihan
mengkaji Ilmu Nahwu-Shorof khususnya alfiyah dibandingkan dengan ilmu
fiqh dan lainnya adalah ketetapan qoidahnya. qoidah Nahwu-Shorof
merupakan ilmu yang paten/pasti yaitu qoidahnya tidak akan pernah
berubah ila akhirizzaman.sedangkan didalam ilmu fiqh akan selalu terus
berkembang mengikuti zaman, seiring muncul dan berkembangnya suatu
masalah.
Pengarang Kitab Alfiyah ini, adalah seorang pakar Bahasa Arab, Imam yang Alim yang sangat luas ilmunya. Beliau mempunyai nama lengkap Abdullah Jamaluddin Muhammad Ibnu Abdillah Ibnu Malik at-Tha’iy al-Jayyaniy. Beliau dilahirkan di kota Jayyan Andalus (Sekarang: Spanyol) pada Tahun 600 H. Kemudian berpindah ke Damaskus dan meninggal di sana pada Tahun 672 H. ( Wallohu ‘Alam)
Ibnu malik juga mendapatkan nama laqob (julukan) Jamaluddin dan nama kunyah Abu Abdulloh,Pada saat itu, penduduk negeri ini sangat cinta kepada ilmu, dan mereka berpacu dalam menempuh pendidikan, bahkan berpacu pula dalam karang-mengarang buku-buku ilmiah.
Pada masa kecil, Ibn Malik menuntut ilmu di daerahnya, terutama belajar pada Syaikh Al-Syalaibuni (w. 645 H). Setelah menginjak dewasa, ia berangkat ke Timur untuk menunaikan ibadah haji,dan diteruskan menempuh ilmu di Damaskus.
Di sana ia belajar ilmu dari beberapa ulama setempat, antara lain Al-Sakhawi (w. 643 H). Dari sana berangkat lagi ke Aleppo, dan belajar ilmu kepada Syaikh Ibn Ya’isy al-Halaby (w.643H). Di kawasan dua kota ini nama Ibn Malik mulai dikenal dan dikagumi oleh para ilmuan, karena cerdas dan pemikirannya jernih. Ia banyak menampilkan teori-teori nahwiyah yang menggambarkan teori-teori mazhab Andalusia, yang jarang diketahui oleh orang-orang Syiria waktu itu.
Di
antara penulis-penulis syarah Alfiyah lainnya, yang bisa ditampilkan
dalam tulisan ini, adalah Al-Muradi, Ibn Hisyam, Ibn Aqil, dan
Al-Asymuni.
Al-Muradi (w. 749 H) menulis dua kitab syarah untuk kitab Tashil al-Fawaid dan Nazham Alfiyah, keduanya karya Ibn Malik. Meskipun syarah ini tidak popular di Indonseia, tetapi pendapat-pendapatnya banyak dikutip oleh ulama lain. Antara lain Al-Damaminy (w. 827 H) seorang sastrawan besar ketika menulis syarah Tashil al-Fawaid menjadikan karya Al-Muradi itu sebagai kitab rujukan. Begitu pula Al-Asymuni ketika menyusun Syarah Alfiyah dan Ibnu Hisyam ketika menyusun Al-Mughni banyak mengutip pemikiran al-Muradi.
Ibnu
Hisyam (w.761 H) adalah ahli nahwu terkenal yang karya-karyanya banyak
dikagumi oleh ulama berikutnya. Di antara karya itu Syarah Alfiyah yang
bernama Audlah al-Masalik yang terkenal dengan sebutan Audlah .Dalam
kitab ini ia banyak menyempurnakan definisi suatu istilah yang konsepnya
telah disusun oleh Ibn Malik, seperti definisi tentang tamyiz. Ia juga
banyak menertibkan kaidah-kaidah yang antara satu sama lain bertemu,
seperti kaidah-kaidah dalam Bab Tashrif. Tentu saja, ia tidak hanya
terpaku oleh Mazhab Andalusia, tetapi juga mengutip Mazhab Kufa, Bashrah
dan semacamnya. Kitab ini cukup menarik, sehingga banyak ulama besar
yang menulis hasyiyahnya. Antara lain Hasyiyah Al-Sayuthi, Hasyiyah Ibn
Jama’ah, Ha-syiyah Putera Ibn Hisyam sendiri, Hasyiyah Al-Ainiy,
Hasyiyah Al-Karkhi, Hasyiyah Al-Sa’di al-Maliki al-Makki, dan yang
menarik lagi adalah catatan kaki ( ta’liq ) bagi Kitab al-Taudlih yang
disusun oleh Khalid ibn Abdullah al-Azhari (w. 905 H).
Adapun Ibnu Aqil (w. 769 H) adalah ulama kelahiran Aleppo dan pernah menjabat sebagai penghulu besar di Mesir. Karya tulisnya banyak, tetapi yang terkenal adalah Syarah Alfiyah. Syarah ini sangat sederhana dan mudah dicerna oleh orang-orang pemula yang ingin mempelajari Alfiyah Ibn Malik . Ia mampu menguraikan bait-bait Alfiyah secara metodologis, sehingga terungkaplah apa yang dimaksudkan oleh Ibn Malik pada umumnya. Penulis berpendapat, bahwa kitab ini adalah Syarah Alfiyah yang paling banyak beredar di pondok-pondok pesantren, dan banyak dibaca oleh kaum santri di Indonesia. Terhadap syarah ini, ulama berikutnya tampil untuk menulis hasyiyahnya. Antara lain Hasyiyah Ibn al-Mayyit, Hasyiyah Athiyah al-Ajhuri, Hasyiyah al-Syuja’i, dan Hasyiyah Al-Khudlariy.
Syarah
Alfiyah yang hebat lagi adalah Manhaj al-Salik karya Al-Asymuni (w. 929
H). Syarah ini sangat kaya akan informasi, dan sumber kutipannya sangat
bervariasi. Syarah ini dapat dinilai sebagai kitab nahwu yang paling
sempurna, karena memasukkan berbagai pendapat mazhab dengan
argumentasinya masing-masing. Dalam syarah ini, pendapat para penulis
Syarah Alfiyah sebelumnya banyak dikutip dan dianalisa. Antara lain
mengulas pendapat Putra Ibnu Malik, Al-Muradi, Ibnu Aqil, Al-Sayuthi,
dan Ibnu Hisyam, bahkan dikutip pula komentar Ibn Malik sendiri yang
dituangkan dalam Syarah Al-Kafiyah , tetapi tidak dicantumkan dalam
Alfiyah . Semua kutipan-kutipan itu diletakkan pada posisi yang tepat
dan disajikan secara sistematis, sehingga para pembaca mudah menyelusuri
suatu pendapat dari sumber aslinya.
KITAB-KITAB KARANGAN IMAM IBNU MALIK.
Beliau memiliki banyak karangan, diantaranya;
Beliau memiliki banyak karangan, diantaranya;
- 1.KITAB ALFIYYAH, yang juga dinamakan AL-KHULASHOH
- 2.KITAB AL-KAFIYAH dan syarahnya
- 3.KITAB KAMALUL UMDAH dan syarahnya
- 4.KITAB LAMIYATUL AF’AL
- 5.KITAB TASHIL dan syarahnya
- 6.KITAB Al-‘ALAM
- 7.KITAB Al-TAUDHIH
- 8.KITAB Al_QOSIDAH Ath-THOIYYAH
- 9.KITAB TASHILUL FAWAID
karya beliau yang sangat terkenal digunakan diseluruh dunia, dicintai para pelajar dan para ulama’ adalah kitab alfiyyah.
Karya
emas beliau yang lain, yg cukup terkenal bernama Kitab Al-Kafiyah
As-Syafiyah, terdiri dari tiga ribu Bait Nadzam yang juga bersyair Bahar
Rojaz. Juga Kitab lainnya, karangan beliau yang terkenal bernama:
Nadzam Lamiyah al-Af’al yang membahas Ilmu Sharaf, Tuhfatul Maudud yang
membahas masalah Maqshur dan Mamdud. Semuanya membahas tentang Tata
Bahasa Arab baik Nahwu atau Sharaf.
KISAH SINGKAT IMAM IBNU MALIK MENGARANG KITAB ALFIYYAH.
Imam
ibnu malik sewaktu mengarang nadlom alfiyyah, setelah mendapatkan
seribu bait, beliau ingin menulis kembali karyanya, namun ketika sampai
pada bait;
“FAIQOTAN MINHA BI ALFI BAITIN”
(Alfiyyah
ibnu malik mengungguli alfiyyah ibnu Mu’thi dengan menggunakan seribu
bait) beliau tidak mampu meneruskan karangannya dalam beberapa hari,
kemudian beliau bermimpi dalam tidurnya bertemu seseorang, dan orang itu
bertanya;
“katanya kamu mengarang seribu bait yang menerangkan ilmu nahwu”.?
imam ibnu malik menjawab; “iya”
orang itu lalu bertanya; “ sampai dimana karanganmu?”
lalu dijawab; ”sampai pada bait…FAIQOTAN MINHA BIALFI BAITIN”.
Apa yang menyebabkan kamu tercegah menyempurnakan bait itu?”
lalu dijawab; “saya tidak mampu meneruskan sejak beberapa hari”
lalu ditanya;”apakah kamu ingin menyempurnakannya?”
dijawab “iya”
lalu orang itu berkata; “orang yang masih hidup mampu mengalahkan seribu orang yang mati”
Ibnu malik berkata;” apakah kau ini guruku?, imam ibnu mu’thi?”
lalu dijawab “iya”
kemudian imam ibnu malik merasa malu,dan paginya mengganti separuh bait tersebut dengan bait;
وَهْوَ بِسَبْقِ حَائِزٌ تفضِيْلَا # مُسْتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ اْلجَمِيْلَا
(ibnu mu’thi memperoleh kedudukan utama, karena beliaulah yang memprakarsainya,dan sepantasnyalah pujian baikku untuknya).Setelah itu imam ibnu malik mampu menyelesaikan kembali karangannya hingga sempurna.
Baik…kini
kembali ke pokok judul pembahasan,Redaksi akan berbagi tips trik dalam
menghafal bait nadzom alfiyah dan Nadzom Matan lain nya seperti Al
Jurumiyyah ( nahwu),Al Imrithi (nahwu),Jauharul Maknun (Balaghoh ) Dll.
Ada
beberapa Saran yg saya dapatkan dari beberapa sumber dan cerita
mengenai hal-hal yg sebaiknya di lakukan sebelum dan selama proses
penghapalan. saran ini berlaku juga untuk menghapal bidang ilmu yang
lain terlebih dalam menghafal Al-Qur’an (Tahfidzul Qur’an) karena nadzom
Alfiyah begitu banyak 1002 bait,tdk seperti matan
Aljjurumiyyah,Alimrithi,Jauharul maknun,dan banyak sekali lafadz’’ yg
asing ( Ghorobah )dan sulit utk di ucapkan (Tanafur fi lisan),yg banyak
terdapat di 500 bait terakhir nadzom Alfiyah.
Sebelum Menghafal.
*** Berdo’a dan hadiah fatihah / tawwasul kepada Mushonif/Pengarang Kitab.Bila memungkinkan Usahakan sholat hajat 2 rekaat dan berdo’a sebelum menghafal.
*** Diri kita sebaiknya dalam keadaan suci baik dari hadas kecil maupun hadas besar.
*** Selalu mengawali menghafal dengan Membaca bismillah dan do'a serta diakhiri dengan membaca hamdallah dan do'a.
*** Sediakan waktu yang tetap untuk menghapal dalam setiap harinya.Misalnya pada pagi hari kita melakukan hapalan selama 2 jam, siang 1 jam, dan sore 2 jam. Kemudian ulangi lagi di hari berikutnya pada waktu yang sama dengan jumlah jam yang sama. Alangkah lebih baik bila waktu yang di gunakan untuk menghafal/belajar yaitu waktu yg seperti yg di cantumkan dalam kitab ta'limul muta'alim.Yaitu di sepertiga malam.
*** Berdo’a dan hadiah fatihah / tawwasul kepada Mushonif/Pengarang Kitab.Bila memungkinkan Usahakan sholat hajat 2 rekaat dan berdo’a sebelum menghafal.
*** Diri kita sebaiknya dalam keadaan suci baik dari hadas kecil maupun hadas besar.
*** Selalu mengawali menghafal dengan Membaca bismillah dan do'a serta diakhiri dengan membaca hamdallah dan do'a.
*** Sediakan waktu yang tetap untuk menghapal dalam setiap harinya.Misalnya pada pagi hari kita melakukan hapalan selama 2 jam, siang 1 jam, dan sore 2 jam. Kemudian ulangi lagi di hari berikutnya pada waktu yang sama dengan jumlah jam yang sama. Alangkah lebih baik bila waktu yang di gunakan untuk menghafal/belajar yaitu waktu yg seperti yg di cantumkan dalam kitab ta'limul muta'alim.Yaitu di sepertiga malam.
***
Usahakan menghapal di tempat yang tenang, terhindar dari sesuatu yang
dapat menggangu konsentrasi. Bila perlu jauhkan/matikan handphone.
*** Jangan menganggap sulit hafalan, karna hal ini akan menjadikan sebuah sugesti negatif pada diri anda.
***
POIN PENTING…..Harus Fokus selama proses menghafal ini,jangan sampai
terlena oleh godaan godaan lain,Terlebih godaan Wanita / pasangan anda.
Kenapa.? Karna di Nadzom Alfiyyah pun sudah di sebutkan :
() فَأَلِّفُ التَّأْنِيْسِ مُطْلَقَا مَنَعْ # صَرْفَ اَّلذِيْ حَوَاهُ كَيْفَمَا وَقَعْ
Yang ma’na tafsirinya seperti yang di tekankan oleh salah satu dari Seorang Kyai.:
Cinta
seorang laki laki kepada perempuan itu akan mencegah secara mutlak dari
kesuksesan angan angan Dalam hal ini adalah Menghafal Nadzom Alfiyyah.
Teknik menghafal Nadzom/ Matan Ilmiah.
1. Jika matan tersebut merupakan kumpulan hadits, maka janganlah menghafal lebih dari 5 samapi 10 hadits setiap hari (agar tidak sulit menjaganya).
2. Jika matan tersebut berbentuk prosa, maka janganlah menghafal lebih dari 5 sampai 10 baris setiap hari.
3. Jika matan tersebut berbentuk syair, maka janganlah menghafal lebih dari 10 sapai 15 bait setiap hari.
Tikror /Mengulang Hafalan.
1.Hafalkan setiap potongan teks/matan dengan cara mengulanginya 20 kali sesudah waktu subuh dan juga setelah waktu ashar.
2. Jika anda sedang menghafal – sebagai contoh – Alfiyah Ibnu Malik, maka sebelum anda menghafal bait yang baru, bacalah bait yang telah anda hafal pada hari sebelumnya sebanyak 20 kali. Kemudian bacalah menggunakan hafalan/tanpa teks – dari awal matan Alfiyah sampai kepada bait baru yang hendak dihafal. Demikianlah ulangi cara ini setiap hari sampai hafalan anda kuat.
Tempuhlah jalan ini dalam menghafal setiap matan sambil terus mempelajari ilmu agama, menghadiri majelis-majelis ulama/ustad serta menanyakan masalah-masalah ilmiah yang membingungkan anda kepada ahlinya.
3. POIN PENTING : jangan segan untuk mencari relawan/teman anda utk mengetes hafalan anda. Misal teman anda suruh menyebutkan bait berapa.?bunyi nya apa.? Secara acak dan kontinyu.
Jika memang sudah hafal betul ,Coba tes seberapa kuat hafalan anda,dengan Tikror / Mengulang hafalan di keadaan/tempat ramai. Hal ini akan manjur sekali untuk melatih Konsentrasi kuat nya hafalan anda.
Dengan catatan,jika anda sudah hafal dan dalam masa Tikror / mengulang.
Pengulangan hafalan merupakan jalan paling utama untuk menjaga hafalan. Cara inilah yang telah dipraktekkan oleh para ulama dari dulu hingga sekarang. Adalah Abu Ishaq Asy-Syiraazi mengulangi pelajaran sebanyak seratus kali dan adapun Al-Haraasi mengulanginya sebanyak 70 kali. Dengarkanlah kisah berikut yang menunjukkan kepada anda bahwa sedikitnya pengulangan akan membuat anda cepat melupakan hal yang telah dihafal:
Berkata Ibnul Jauzi: Al-Hasan – yakni Ibnu Abi Bakr An-Naisaaburi – menceritakan tentang seorang faqih (ahli fiqh) yang mengulang pelajaran dirumahnya berkali-kali. Maka berkatalah seorang wanita tua di rumahnya: ‘Cukup, demi Allah, sesungguhnya akupun telah ikut hafal’.
Maka berkatalah si faqih: ‘Ulangilah apa yang telah engkau hafal’, maka wanita tua itu mengulanginya.
Setelah beberapa hari, si faqih berkata kembali: ‘Wahai wanita tua, ulangilah pelajaran yang waktu itu’
maka ia berkata: ‘Aku tidak hafal lagi’.
Berkata si faqih: ‘Aku selalu mengulanginya agar tidak menimpaku yang telah menimpamu (yaitu hilangnya hafalan)’
Maka kesimpulannya, jalan untuk mendapatkan hafalan yang mendalam adalah dengan rajin melakukan pengulangan.
Bagaimana cara muraja’ah/pengulangan hafalan matan ilmiah?
Jika anda telah menghafal berbagai matan-matan ilmiah, maka lakukanlah muraja’ah/pengulangan seluruh matan yang telah dihafal sekali dalam sebulan. Hal ini agar anda mendapatkan hafalan yang lebih dalam dan lebih tepat serta anda lebih cepat dalam pengambilan dalil dengannya.
Catatan:
semua metode penghafalan hanyalah sebuah alat bantu dalam proses menghafal. Karna sesungguhnya kunci kesuksesan dan keberhasilan tergantung pada diri kita. Sejauh mana kita istiqomah, sejauh mana kita punya keinginan, sejauh mana kita berusaha.
Masya Allah Terima Kasih banyak atas tips-tips nya,semoga bermanfaat bagi kita semua,khususnya para santri-santri milenial indonesia Amin
BalasHapus