PROFIL PONDOK PESANTERN MIFTAHUL HUDA DESA PERON KECAMATAN LIMBANGAN
KABUPATEN KENDAL
A.VISI MISI
1. VISI
Visi Pondok Pesantren Miftahul Huda adalah sebagai
berikut:
a.
Menjadikan Islam Ahlissunnah Wal Jama’ah sebagai sumber etika, moral,
motivasi, dan inspirasi santri
b. Menjadikan santri
untuk berperilaku dengan akhlakul karimah.
c. Terwujudnya Generasi
Rabbany
2. MISI
Adapun misi dari pondok Pesantren Miftahul Huda adalah
sebagai berikut :
a.
membangun sumber daya manusia dan generasi yang mempunyai keunggulan iman,
ilmu, amal dan ketaqwaan kepada Alloh swt; berakhlaqul karimah serta memiliki
integritas dan daya saing yang mumpuni untuk mengembangkan ajaran ahlus-sunnah
wal-jama’ah;
b.
Menumbuhkembangkan semangat keunggulan dalam bidang penguasaan materi
kitab-kitab salaf, kemahiran dalam berbahasa arab dan kefasihan dalam
membaca al-Qur’an karena santri akan terjun dalam masyarakat yang tidak lepas
dari masalah-masalah agama dan masalah-masalah sosial
c.
Mengoptimalkan penghayatan terhadap nilai-nilai Islam untuk dijadikan sumber
kearifan dan kebijaksanaan dalam bertindak (melatih santri untuk hidup
bermasyarakat).
d. Melatih santri
untuk menjalankan syari’at agama.
3. MOTTO
Pondok Pesantren Miftahul Huda Peron
Limbangan Kendal menekankan pada pembentukan pribadi mukmin-muslim yang
berakhlaqul-karimah, berbadan sehat, berpengetahuan luas dan berpikiran bebas.
Kriteria atau sifat-sifat utama ini merupakan motto pendidikan di Pondok
Pesantren Miftahul Huda Peron Limbangan Kendal.
a.
Berakhlaqul-karimah :
Berakhlaqul-karimah merupakan
landasan paling utama yang ditanamkan oleh Pondok ini kepada seluruh santrinya
dalam semua tingkatan, dari yang paling rendah sampai yang paling tinggi.
b.
Berbadan Sehat :
Tubuh yang sehat adalah sisi lain
yang dianggap penting dalam pendidikan di Pondok ini. Dengan tubuh yang sehat
para santri akan dapat melaksanakan tugas hidup dan beribadah dengan
sebaik-baiknya
c.
Berpengetahuan Luas :
Para santri di Pondok ini dididik
melalui proses yang telah dirancang secara sistematik untuk dapat memperluas
wawasan dan pengetahuan mereka. Santri tidak hanya diajari pengetahuan, lebih
dari itu mereka diajari cara belajar yang dapat digunakan untuk membuka gudang
pengetahuan. Kyai sering berpesan bahwa pengetahuan itu luas, tidak terbatas,
tetapi tidak boleh terlepas dari berakhlaqul-karimah, sehingga seseorang itu
tahu untuk apa ia belajar serta tahu prinsip untuk apa ia manambah ilmu;
d.
Berpikiran Bebas :
Berpikiran bebas tidaklah berarti
bebas sebebas-bebasnya (liberal). Kebebasan di sini tidak boleh menghilangkan
prinsip, teristimewa prinsip sebagai muslim mukmin. Justru kebebasan di sini
merupakan lambang kematangan dan kedewasaan dari hasil pendidikan yang telah
diterangi petunjuk Ilahi (hidayatullah). Motto ini ditanamkan sesudah santri
memiliki akhlaqul-karimah dan sesudah ia berpengetahuan luas;
4. JIWA SANTRI
Seluruh kehidupan di Pondok Pesantren
Miftahul Huda Peron Limbangan Kendal didasarkan pada nilai-nilai yang dijiwai
oleh suasana-suasana yang dapat disimpulkan dalam Jiwa Santri.
Jiwa Santri adalah nilai-nilai yang
mendasari kehidupan Pondok Pesantren Miftahul Huda Peron Limbangan Kendal
1.
Jiwa Keikhlasan :
Jiwa ini berarti sepi ing pamrih,
yakni berbuat sesuatu bukan karena didorong oleh keinginan untuk mendapatkan
keuntungan tertentu. Segala perbuatan dilakukan dengan niat semata-mata untuk
ibadah, lillah. Kyai ikhlas medidik dan para pembantu kyai ikhlas dalam
membantu menjalankan proses pendidikan serta para santri yang ikhlas dididik.
Jiwa ini menciptakan suasana kehidupan pondok yang harmonis antara kyai yang
disegani dan santri yang taat, cinta dan penuh hormat. Jiwa ini menjadikan
santri senantiasa siap berjuang di jalan Allah, di manapun dan kapanpun;
2.
Jiwa kesederhanaan :
Kehidupan
di pondok diliputi oleh suasana kesederhanaan. Sederhana tidak berarti pasif
atau nerimo, tidak juga berarti miskin dan melarat. Justru dalam jiwa
kesederhanan itu terdapat nilai-nilai kekuatan, kesanggupan, ketabahan dan
penguasaan diri dalam menghadapi perjuangan hidup. Di balik kesederhanaan ini
terpancar jiwa besar, berani maju dan pantang mundur dalam segala keadaan.
Bahkan di sinilah hidup dan tumbuhnya mental dan karakter yang kuat, yang
menjadi syarat bagi perjuangan dalam segala segi kehidupan;
3.
Jiwa Berdikari :
Berdikari atau kesanggupan menolong
diri sendiri merupakan senjata ampuh yang dibekalkan pesantren kepada para
santrinya. Berdikari tidak saja berarti bahwa santri sanggup belajar dan
berlatih mengurus segala kepentingannya sendiri, tetapi pondok pesantren itu
sendiri sebagai lembaga pendidikan juga harus sanggup berdikari sehingga tidak
pernah menyandarkan kehidupannya kepada bantuan atau belas kasihan pihak lain.
Inilah Zelp berdruiping systeem (sama-sama memberikan iuran dan sama-sama
memakai). Dalam pada itu, Pondok tidaklah bersifat kaku, sehingga menolak
orang-orang yang hendak membantu. Semua pekerjaan yang ada di dalam pondok
dikerjakan oleh kyai dan para santrinya sendiri, tidak ada pegawai di dalam
pondok;
4.
Jiwa Ukhuwwah Diniyyah :
Kehidupan di pondok pesantren
diliputi suasana persaudaraan yang akrab, sehingga segala suka dan duka
dirasakan bersama dalam jalinan ukhuwwah diniyyah. Tidak ada dinding yang dapat
memisahkan antara mereka. Ukhuwah ini bukan saja selama mereka di Pondok,
tetapi juga mempengaruhi ke arah persatuan ummat dalam masyarakat setelah
mereka terjun di masyarakat;
5.
Jiwa Bebas :
Bebas dalam berpikir dan berbuat,
bebas dalam menentukan masa depan, bebas dalam memilih jalan hidup, dan bahkan
bebas dari berbagai pengaruh negatif dari luar masyarakat. Jiwa bebas ini akan
menjadikan santri berjiwa besar dan optimis dalam menghadapi segala kesulitan.
Hanya saja dalam kebebasan ini seringkali ditemukan unsur-unsur negatif, yaitu
apabila kebebasan itu disalahgunakan, sehingga terlalu bebas (liberal) dan
berakibat hilangnya arah dan tujuan atau prinsip. Sebaliknya, ada pula yang
terlalu bebas (untuk tidak mau dipengaruhi), berpegang teguh kepada tradisi
yang dianggapnya sendiri telah pernah menguntungkan pada zamannya, sehingga
tidak hendak menoleh ke zaman yang telah berubah. Akhirnya dia sudah tidak lagi
bebas karena mengikatkan diri pada yang diketahui saja. Maka kebebasan ini
harus dikembalikan ke aslinya, yaitu bebas di dalam garis-garis yang positif,
dengan penuh tanggungjawab; baik di dalam kehidupan pondok pesantren itu
sendiri, maupun dalam kehidupan masyarakat. Jiwa yang meliputi suasana
kehidupan Pondok Pesantren itulah yang dibawa oleh santri sebagai bekal utama
di dalam kehidupannya di masyarakat. Jiwa ini juga harus dipelihara dan
dikembangkan dengan sebaik-baiknya.
B.
Sejarah Berdirinya Pondok Pesantren dan Perkembangannya.
Miftahul Huda
adalah salah satu pesantren yang terletak di pegunungan / kaki gunung Ungaran,
berjarak lebih 50 kmarah tenggara dari Ibu Kota Kabupaten Kendal. Pesantren
Miftahul Huda dirintis oleh kyai Ahmad pada tahun 1940-an yang pada awal
pendiriannya memberikan nama Miftahul Huda dengan arti “Kunci Petunjuk”
dikmaksudkan agar para santri nantinya menjadi anggota masyarakat yang selalu
mendapat petunjuk dari Allah SWT. Aminn.
Latar belakang
pendiriannya didasari adanya krisis pendidikan pada masyarakat sekitar,
terutama pendidikan agama yang sangat memeprihatinkan.
Pada awalnya
kegiatan pesanten dipusatkan di rumah kyai Ahmad yang berada disamping masjid
desa Peron. Materi yang diajarkan pun hanya materi keagamaan yang bersifat
dasar yakni meliputi pengetahuan Tauhid, Ibadah, Baca Tulis Al-Qur’an dan
pelajaran kitab-kitab klasik dengan system sorogan. Karena para santri semakin
bertanbah banyak yang datang dari lain kabupaten seperti dari Kabupaten
Magelang, Temanggung, Semarang, dan Batang
dan juga dari luar jawa.Maka dibuatlah tempat (pondok) yang sangat sederhana
dari bahan kayu dan bambu yang diperuntukkan sebagai tempat belajar dan asrama
santri.
Pada periode
berikutnya karena Kyai Ahmad tidak mempunyai keturunan dan telah wafat pada
tahun 1879, maka pesantren yang kecil ini diteruskan oleh para keponakannya
diantaranya adalah KH. M. Muafiq.
Pada tahun
1979 sistem pendidikan salaf diatur secara klasikal. Dengan kegigihan Bp. KH.
Muafiq, maka pesantren yang kecil ini sedikit demi sedikit bisa berkembang baik
dibidang pendidikan atau fisiknya. Seiring dengan perkembangan waktu dan
bertambahnya para santri yang berdatangan, maka pada tahun 1983 BP. KH. Muafiq
selaku penerus munculah ide mengembangkan pendidikan formal yakni mendirikan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang murid-muridnya berawal dari para santri, dengan
penuh kesabaran pengasuh dan para ustadz, MTs ini berkembang dengan pesat
sesuai dengan sikon.
Alhamdulillah
pada tahun ajaran 2008/2009 telah membuka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK), agar
para santri setelah keluar dari pesantren bisa mempunyai skill dan ketrampilan
kerja.
Sebagai
lembaga penyiaran agama Islam, pesantren Miftahuk Huda juga banyak
menyelenggarakan banyak kegiatan keagamaan, diantaranya Peringatan Hari Besar,
Dakwah Islamiyah melalui pengajian rutin maupun insidental, Madrasah Diniyyah
Awaliyyah (MDA), Majlis Ta’lim Ibu-Ibu (Kemisan), serta memfasilitasi pendirian
jama’ah keagamaan seperti Kelompok Berjanji, Yasinan dan Tahlil.
C.
Kegiatan Pendidikan
Pondok Pesantren Miftahul Huda sebagai lembaga pendidikan, mengelola
masalah pendidikan dengan jalan memadu (Integrasi) antara sistem pendidikan
tradisional dengan modern atau dengan bahasa lain Pondok Salafiah yang Khalaf.
Karena pada hakekatnya Pondok Pesantren Miftahul Huda adalah pondok tradisional
yang menerima unsur-unsurbaru yang berkembang dalam masyarakat bahkan kebijakan
yang telah dikeluarkan pemerintah sebagai undang-undang pendidikan Nasional
bagi sekolah-sekolah.
Ada beberapa kegiatan pendidikan yang dikembangkan di Pondok Pesantren
Miftahul Huda diantaranya:
1. Kegiatan pendidikan
Pondok Pesantrenyang diselenggarakan secara berjenjang, terbagi dalam 8
(delapan) tingkatan yang diberi nama sesuai dengan salah satu kitab yang
dikaji, antara lain :
a. Tingkat Al-Ibtida’iyah
Diajarkan
materi : Khotul Jamil, Tahfidz
juz’ama, fiqih Jawan, Nahwu al-wadlih, Ta’lim Muta’alim dan Tauhid Jawan.
b. Tingkat Al-Jurumiah
Diajarkan
materi : Al-Jurumiah, Safinah
al-Najjah, Tartil Al-qur’an, Aqidah Al-Awwam dan Tajwid.
c. Tingkat Al-Umriti
Diajarkan
Materi : Al-Umriti,
Al-Amtsilah al-tashririyah, Qowaid Al-I’rob, Fath Al-Rob Al-Bariyyah dan
Fatkhul Qorib al-mujib.
d. Tingkat Al-Fiyyah
Diajarkan
materi : Al-Fiyyah Ibn Malik,
Syarakh Ibn Aqil’ala Al-Fiyyah Ibn Malik, Minhajjul Qowwim
e. Tingkat Fathul wahhab
Diajarkan
materi : Fat al-wahab, Jauhar
al-maknun, dan musyawarah hasyiyah al-bajuri juz 1
f. Tingkat Al-Mahali
Diajarkan
Materi : Syarakh Al-Mahali,
‘Ilm Al-Mantiq dan Musyawarah Hasyiyah al-Bajuri juz II
g. Tingkat Al-Bukhory
Diajarkan
Materi : Shokhih al-Bukhory,
‘Lm Mushtolah al-Hadist dan Fath al-Mu’min.
h. Tingkat Ihya’
Ulumuddin
Diajarkan
Materi : Ihya’ Ulum al-Din dan
Bahsul Masa’il Diniyah.
2. Pengabdian Masyarakat
a. Kegiatan pendidikan Madrasah
Diniyah Awaliyah (MDA) diselenggarakan secara klasikal setiap ba’da dzuhur,
dengan kurikulum Departemen Agama.
b. Kegiatan pendidikan
bagi santri dan masyarakat yang belum lulus SMP/Sederajat (Wajardikdas 9 tahun)
sesuai kurikulum Departemen Agama.
c. Kegiatan pendidikan
formal yaitu Madrasah Tsanawiyah (MTs) dan pada t6ahun ajaran 2008/2009 telah
dibuka Sekolah Menengah Kejuruan (SMK).
d. Kegiatan pengajian
rutin, dilaksanakan setiap hari Kamis Diikuti oleh ibu-ibu masyarakat desa.
e. Kegiatan kurikuler
meliputi : Khitobah, Qiro’ah, Manaqib, Al-Barjanji, pertanian,/perkebunan,
peternakan, menjahit dan olahraga.
E.
Keadaan Kyai, Ustadz, dan Santri
a. Keadaan Kyai
Ciri yang paling esensial bagi suatu pesantren adalah adanya seorang kyai.
Kyai pada hakekatnya adalah gelar yang diberikan pada seorang yang mempunyai
ilmu dibidang agama dalam ini agama Islam. Terlepas dari anggapan kyai sebagai
gelar sakral, maka sebutan kyai muncul di dunia pondok pesantren.
Keberadaan Kyai di Pondok Pesantren Miftahul Huda sangat sentral, dengan
demikian kemajuan dan kemundurannya baik fisik maupun non fisik benar-benar
terletak pada kemampuan kyai dalam mengatur operasional/pelaksanaan dalam
pesantren.
Miftahul Huda adalah pondok pesantren yang tidak terlepas dari kepemimpinan
seorang kyai yaitu KH. M. Muafiq sebagai motor didampingi istri, anak-anak yang
sebagian besar masih dalam pendidikan dibantu oleh ustadz-ustadz dan para
santri senior.
b. Keadaan Ustadz
Ustadz adalah guru, yang bertugas sebagai pembantu kyai dalam mendidik para
santrinya, di Pondok pesantren Miftahul Huda terdapat 47 ustadz yang terdiri
dari 9 ustadz mengajar pendidikan khusus pesantren, 7 ustadz mengajar program
Wajardikdas 9 tahun, 8 ustadz mengajar Madrasah Diniyah Awaliyah, 14 ustadz
mengajar pendidikan formal (MTs) dan 9 ustadz mengajar di SMK.
c. Keadaan Santri
Istilah santri hanya terdapat di pesantren sebagai pengejawentahan adanya
peserta didik yang haus akan ilmu pengetahuan yang dimiliki sweorang Kyai yang
memimpin sebuah pesantren.
Di Pondok pesantren Miftahul Huda dalam proses belajar mengajar ada dua
tipologi santri :
1. Santri Mukim
Santri mukim yaitu santri yang menetap, tinggal bersama kyai dan secara
aktif menuntut ilmu dari seorang kyai.
Keadaan santri mukim di pondok pesantren Miftahul Huda mengalami pasang surut
sesuai dengan keadaan zaman, pada saat ini jumlah santri mukim kurang lebih 100
santri terdiri dari santri putra dan santri putri yang datang dari beberapa
penjuru kabupaten.
2. Santri Kalong
Santri pada dasarnya adalah seorang murid yang berasal dari daerah sekitar
pondok pesantren yang pola belajarnya tidak dengan jalan menetap (tidur) di
pondok pesantren, melainkan belajar dan secara langsung pulang ke rumah setelah
belajar selesai.
Keadaan santri kalong di pondok pesantren Miftahul Huda lebih banyak di
banding dengan santri mukim , karena pondok pesantren Miftahul Huda disamping
mengembangkanpendidikan non formal (salafiyah) juga mengembangkan pendidikan
formal (MTs dan SMK).
3. Keadaan Sarana dan
Prasarana
a. Masjid
Masjid pada hakekatnya merupakan sentral kegiatan kaum muslim baik dalam
dimensi ukhrowi maupun duniaei dalam ajaran Islam. Di dunia pesantren masjid dijadikan ajang
atau sentral kegiatan pendidikan Islam baik dalam pengertian modern atau
tradisional. Dalam kontek yang lebih jauh masjidlah yang menjadi pesantren
pertama, tempat berlangsungnya belajar mengajar.
Di komplek pondok pesantren Miftahul Huda
terdapat satu buah Masjid, disamping sebagai wadah (pusat) pelaksanaan
ibadah sholat masyarakat dan para santri, juga dimanfaatkan sebagai sarana
pendidikan.
b. Tempat Belajar
Sehubungan dikembangkannya sistem madrasah di pondok pesantren Miftahul
Huda maka dibutuhkan beberapa tempat belajar sebagai pelaksanaan proses belajar
mengajar dengan sistem klasikal. Sesuai dengan jumlah santri putra dan santri
putri yang belajar di pondok pesantren Miftahul Huda baik pendidikan formal
maupun non formal, santri mukim atau santri kalong hingga saat ini terdapat 7
ruang belajar, 2 Aula (1 Aula putra dan 1 Aula putri).
c. Asrama Santri
Asrama dan pondok dalam kontek kehidupan pesantren merupakan unsur yang
sangat esential, bahkan sebagai salah satu ciri dari sistem pendidikan
pesantren. Pemanfaatan asrama-asrama adalah dimaksudkan sebagai sarana tempat
tinggal atau atau mukimnya para santri putra dan santri putri, sehingga para
santri lebih berkonsentrasi terhadap semua kegiatan pondok pesantren baik dalam
bentuk intrakulikuler, Ekstrakulikuler maupun Kolikuler . Lebih jauh lagi
melalui model asrama hubungan santri dan para pengasuh pondok lebih terjalin,
sehingga tidak ada kesan jurang pemisah antara guru dan murid, dengan kata lain
pola belajar pondok lebih memungkinkan adanya hubungan yang aktif antara santri
dan kyai atau ustadz di pondok pesantren Miftahul Huda.
Jika ditinjau dari disiplin tekhnologi pendidikan, berarti pesantren
Miftahul Huda telah menerapkan konsep belajar Kurikulum Terpadu System
Pembelajaran (KTSP). Pondok Pesantren Miftahul Huda memiliki 2 gedung asrama,
yaitu :
1. Asrama Putra
Gedung asrama putra terdiri dari 2 lantai untuk 10 kamar
2. Asrama Putri
Asrama putri terdiri dari 2 lantai, lantai 1 untuk asrama dan lantai 2 aula
sebagai pusat kegiatan para santri putri.
3. Tempat Wudlu dan Mandi
Sebagai sarana pengambilan air wudlu dan mandi yang berkaitan dengan
pelaksanaan ibadah sholat maupun kegiatan belajar mebgajar pondok pesantren
Miftahul Huda dan Masyarakat sekitarnya telah mempunyai MCK yang cukup untuk
para santri dan masyarakat sekitar pondok pesantren.
4. Koperasi
Sebagai aspektual koperasi merupakan komponen yang dominan dalam skala
kegiatan pendidikan pondok pesantren Miftahul Huda. Artinya keberadaan koperasi
disamping sebagai sarana pemenuhan kebutuhan baik bagi santri maupun pengasuh
bahkan masyarakat sekitarnya, maka koperasi juga sebagai wahana pendidikan bagi
santri dalam arti kata pendidikan kemandirian.
Koperasi Miftahul Huda dikelola langsung oleh para santri dan pengasuh
sebagai indikasi adanya gerakan menumbuhkan pemikiran ekonomi dan menciptakan
kemampuan ketrampilan bagi warga pondok pesantren Miftahul Huda.
E.
Perpustakaan
Untuk menunjang proses belajar para santri, pondok pesantren Miftahul Huda
ini telah dilengkapi perpustakaan. Kitab dan koleksi perpustakaan tersebut
antara lain : kategori Al-Qur’an, Tafsir dan Hadist 12 Karya
kitab, kategori dakwah dan akhlaq 45 karya kitab, kategori Fiqih
55 kitab, kategori Nahwu dan Lughoh 10 karya kitab. Disamping itu
masih ada beberapa jenis buku penunjang program wajib belajar 9 tahun.
F.
Program Pengembangan
Pada dasarnya pesantren adalah sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan
mencetak muslim agar memiliki dan menguasai ilmu-ilmu agama (Tafaqquh fi al-din
wa al-dunya) secara mendalam serta menghayati dan mengamalkan dengan ikhlas
semata-semata ditujukan untuk pengabdian kepada Allah SWT. Di dalam hidup dan kehidupan, dengan kata
lain program pengembangan pondok
pesantren Miftahul Huda adalah mencetak santri yang berakhlaqul karimah serta
mengamalkan dan mebgajarkan ilmu-ilmunya pada masyarakat dalam era modern saat
ini.
G.
Keadaan Sosial Masyarakat Lingkunga Pondok
Pondok pesantren Miftahul Huda adalah berada di lingkungan masyarakat
petani yang menjujung tinggi nilai-nilai sosial, dan masyarakat yang telah
sadar akan pentingnya pendidikan Islam, sehingga mendukung dengan adanya
lembaga pendidikan yang bernaung dibawah yayasan pendidikan Islam Miftahul
Huda. Dibuktikan dengan adanya jam’iyah-jam’iyah diantaranya : Manaqib,
Yasinan, Tahlilan yang pada awalnya dipelopori oleh pondok pesantren Miftahul
Huda.
Dalam lingkungan masyarakat yang menjujung nilai sosial yang tinggi, para
santri sangat dekat dalam pergaulan kepada masyarakat dan terbentuklah hubungan
antara santri dan masyarakat yang harmonis, saling membantu saling membutuhkan
dan saling mengingatkan ketika ada sustu yang dilakukan oleh santri atau
masyarakat yang tidak sesuai dengan aturan-aturan semestinya. Dengan demikian
santri merasa aman dan nyaman dalam menggali
ilmu agama.
H. denah lokasi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar